Nusantaratv.com - Nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada awal pekan melemah dipicu pernyataan hawkish pejabat bank sentral Amerika Serikat The Federal Reserve.
Rupiah ditutup melemah 25 poin atau 0,16 persen ke posisi Rp15.520 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp15.495 per dolar AS.
"Dolar AS menguat dibalik pasar yang mempertimbangkan pernyataan Anggota Dewan Gubernur Fed Christopher Waller yang dipandang hawkish," tulis Tim Riset Monex Investindo Futures dalam kajiannya di Jakarta, Senin.
Waller mengatakan pada Minggu (13/11) bahwa angka inflasi minggu lalu adalah "hanya satu titik data" yang harus diikuti, dan pembacaan serupa lainnya akan diperlukan untuk menunjukkan secara meyakinkan bahwa inflasi melambat.
Namun Waller menambahkan bahwa bank sentral sekarang dapat mulai berpikir tentang kenaikan pada kecepatan yang lebih lambat.
Sebelumnya, dolar jatuh dipicu oleh prospek bahwa The Federal Reserve mungkin tidak akan agresif untuk menaikkan suku bunga acuan pasca perilisan angka inflasi AS yang mulai terkoreksi turun.
Pelaku pasar mencerna rilis data inflasi AS pada pekan lalu yang menunjukkan inflasi konsumen AS hanya naik 7,7 persen secara tahunan pada Oktober, level paling rendah sejak Januari dan dibawah perkiraan untuk level 8 persen.
Angka tersebut menunjukkan bahwa tekanan inflasi mulai mereda, yang membuka jalan bagi The Federal Reserve untuk mulai menahan diri untuk menjalankan kenaikan suku bunga agresif pada bulan depan.
Rupiah pada pagi hari dibuka menguat ke posisi Rp15.477 per dolar AS. Sepanjang hari rupiah bergerak di kisaran Rp15.466 per dolar AS hingga Rp15.530 per dolar AS.
Sementara itu, kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia pada Senin melemah ke posisi Rp15.499 per dolar AS dibandingkan posisi hari sebelumnya Rp15.493 per dolar AS.(Ant)