Nusantaratv.com-Program hilirisasi menjadi salah satu langkah penting yang dicanangkan Pemerintahan Presiden Prabowo Subianto untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat Indonesia. Bahkan secara spesifik Prabowo sudah menetapkan 28 komoditas unggulan dalam program hilirisasi.
Selaras dengan kebijakan tersebut Kementerian Perindustrian telah menetapkan tiga program hilirisasi dalam kerangka hilirisasi industri. Melalui program hilirisasi industri ini Kemenperin berkontribusi nyata untuk menaikan PDB.
Hal tersebut disampaikan Ketua Tim Kerja Dekarbonisasi Industri Pusat Industri Hijau Kementerian Perindustrian RR. Sri Gadis Pari Bekti saat hadir sebagai narasumber dalam forum diskusi Nusantara Economic Outlook 2025 di Ballroom Nusantara, NT Tower, Jakarta, Jumat (14/3/2025).
Pada sesi kedua diskusi tersebut mengusung sub tema 'Mengakselerasi Hilirisasi Industri dan Energi Berkelanjutan'. Turut tampil sebagai narasumber Senior Manager for Energy and Sustainable Business World Resources Institute (WRI) Indonesia, Clorinda Kurnia Wibowo.
Menurut RR. Sri Gadis Pari Bekti sektor industri manufaktur konsisten setiap tahunnya berkontribusi terhadap PDB. Sektor manufaktur non migas ini setiap tahunnya ada kenaikan walaupun tidak terlalu besar.
"Jadi kalau saya melihat di sini di TW 1 itu di Kuartal IV 2024 itu tumbuh sebesar 4,89%. Jika dibandingkan dengan 2024 Kuartal III-nya itu sebesar 4,84. Jadi walaupun kecil tapi ada kenaikan," papar RR. Sri Gadis Pari Bekti.
Untuk tahun 2025 terkait dengan hilirisasi di Kementerian Perindustrian sebagaimana tertuang dalam peraturan pemerintah nomor 14 tahun 2015 tentang Rencana Induk Pengembangan Industri Nasional (RIPIN). Telah ditetapkan di dalam RIPIN, Kemenperin membagi beberapa kriteria industri.
"Ada Industri Andalan, kemudian ada Industri Pendukung, ada Industri Hulu dan ada Industri Modal," terangnya.
Di tahun 2025 ini, sambung RR. Sri Gadis Pari Bekti, untuk hilirisasi di sektor industri yang dinamakan industri hulu dibagi dalam tiga kelompok.
Pertama adalah fokus Hilirisasi Industri Hulu Agro di mana di dalamnya nanti ada kelapa sawit kemudian ada rumput laut dan hingga ke kelapa-kelapa lainnya.
Kedua fokus Hilirisasi Logam Dasar dan Bahan Galian Logam yang mencakup nikel, besi baja dan tembaga.
Ketiga fokus Hilirisasi Industri Kimia Dasar, Migas dan Batubara. Meliputi industri petrokimia dan nantinya ada industri pupuk dan juga kimia organiknya.
Dari beberapa program hilirisasi industri yang dilakukan Kemenperin, kata RR. Sri Gadis Pari Bekti, hilirisasi agro selalu di peringkat pertama dalam hal kontribusi terhadap PDB.
"Ini adalah hasil dari kontribusi dari bapak dan ibu sekalian. Dari domestik maupun dari permintaan akses pasar di luar. Menjadikan produk-produk ini menjadi sebuah bahan baku untuk industri maupun ekspor," tuturnya.
Ia menyebut salah satu dari industri agro tersebut adalah CPO karena selain sebagai pangan CPO juga berperan sebagai biofuel. Di mana ke depan akan diterapkan B40.
Dalam catatan Kemenperin menciptakan nilai tambah kurang lebih Rp90 triliun dan juga membuka 500.000 tenaga kerja.
Bekti menekankan CPO memang salah satu industri yang benar-benar waste zero limbah karena ini semuanya dipakai sebagai bahan baku maupun juga sebagai sumber alternatif.
"Jadi ini harapannya ini bisa dipakai proses sirkular. Jadi eh close loop di dalam industrinya. Ataupun bisa dijual. Akan tetapi ini mungkin sebagai alternatif energi terbarukan," ujarnya.
Bekti mengatakan penting untuk diperhatikan kalau semuanya nanti menuju ke energi terbarukan di mana salah satunya adalah menggunakan cangkang sawit dan dari limbah industri sawit. Nanti semuanya akan berbondong-bondong menuju ke penggunaan itu. Sementara yang lain juga yang tidak dipakai di industrinya tentu mencari energi alternatif lain.
"Harapannya nanti ketika industri didorong untuk menuju ke energi alternatif. Salah satunya cangkang ini. Seharusnya suplai tidak terkendala," ucapnya.
Bekti mencontohkan yang terjadi di industri tekstil yang rata-rata memakai batubara.
Ia mengatakan saat ini Kemenperin melalui Standar Industri Hijau salah satu persyaratannya adalah menggunakan energi alternatif. Dengan demikian bagaimana para pelaku industri tekstil harus menggunakan energi alternatif untuk bisa mendapatkan Sertifikat Industri Hijau.
"Saat ini sudah mulai berkembang jadi mereka melakukan bauran energi fosil dibantu oleh cangkang. Ini progresnya semakin tahun itu meningkat. Akan tetapi terkendala dengan suplai. Jadi yang tadinya mungkin agak murah lama kelamaan harganya semakin naik. Jadi mungkin mendorong ke energi alternatif tapi juga harus eh diperhatikan suplai," kata Bekti.
Ia menambahkan ke depan akan ada undang-undang energi baru dan energi terbarukan. Jika selama ini ada nuklir, amonia dan hidrogen. Ke depan ada energi terbarukan salah satunya menggunakan biomass dan lain sebagainya.
Penyelenggaraan konferensi NEO 2025 kali ini turut didukung oleh berbagai perusahaan besar, di antaranya PT Pertamina Hulu Energi, PT PLN Persero, PT Freeport Indonesia, PT Bank Rakyat Indonesia Tbk, PT Bank Mandiri (Persero) Tbk, Sinarmas Land, Telkom Indonesia, dan PT AMMAN Mineral International Tbk.