Nusantaratv.com - Ekonom Universitas Indonesia (UI) Ninasapti Triaswati mengatakan ekonomi Indonesia memang sedang menghadapi tantangan, tetapi jika bekerja keras dan melakukan perubahan, target pertumbuhan ekonomi 8 persen bisa tercapai.
"Diskusi ini menarik dan kita tahu ekonomi Indonesia memang sedang menghadapi tantangan, tetapi kita tahu kalau kita kerja keras dan mengubah cara hidup kita jadi cara hidup itu dalam arti tadinya korupsi menjadi tidak korupsi, tadinya tidak disiplin jadi disiplin, itu akan mungkin kita bisa mencapai 8%," ujar Ninasapti saat menjadi narasumber dalam diskusi sesi pertama Nusantara Economic Outlook 2025 bertajuk "Menata Strategi Finansial dan Sumber Sumber Pertumbuhan Ekonomi Baru" di Ballroom NT Tower Jakarta, Jumat, 14 Maret 2025.
"Tapi kalau tidak berubah perilakunya agak repot memang karena faktor yang membuat investasi mau atau tidak mau masuk itu adalah kredibilitas terhadap perilaku birokrasi, terhadap urusan iklim usaha, jadi perizinan, itu semua isinya adalah institusi," tambahnya.
Selain Ninasapti, diskusi sesi pertama juga menghadirkan Kepala Departemen Riset Makro dan Pasar Keuangan/Office of Chief Economist PT Bank Mandiri (Persero) Tbk, Dian Ayu Yustina.
Karena itu, kata Ninasapti, pemerintah perlu bekerja keras untuk memperbaiki institusi Indonesia kalau ingin 8% itu tercapai.
Selain faktor internal, sambung Ninasapti, faktor eksternal atau geopolitik bisa menjadi kendala bagi Indonesia untuk mencapai target 8 persen.
Pasalnya, secara geopolitik Indonesia itu tergantung dari pasar negara maju, Uni Eropa, Amerika dan China dan juga negara lainnya.
Ekonom Universitas Indonesia Ninasapti Triaswati diwawancara media usia menjadi narasumber pada Nusantara Economic Outlook 2025 di Ballroom NT Tower Jakarta.
"Tetapi yang paling besar kan share-nya negara maju dan disitu kita punya PR karena Presiden (Donald) Trump sekarang ini sangat proteksionis. Jadi semua negara akan saling serang. Ini yang tidak baik-baik buat Indonesia karena kalau Amerika pertumbuhan menurun, China menurun, Indonesia ikut turun juga nantinya. Jadi kita engga bisa mengubah itu, yang kita bisa adalah mencari pasar baru atau diversifikasi," ujarnya.
"Karena enggak mungkin kita merubah negara besar yang bisa kita mengikuti arus dan menyesuaikan diri dengan berbagai cara supaya kita punya pasar yang lebih aman dan ini yang dilakukan Indonesia dengan berteman dengan semua orang melalui BRICS, melalui G20, melalui ASEAN. Itu kan yang dilakukan Indonesia negosiasi dan diversifikasi kira-kira untuk ekspor," imbuhnya.
Ninasapti menekankan faktor trade sangat penting untuk Indonesia walaupun sekarang fokus ke domestik. Tapi sumber daya Indonesia itu berlebih bisa diekspor. Karena itu perlu pasar untuk kerja sama internasionalnya.
"Jadi ekonomi global sangat berpengaruh pada ekonomi Indonesia. Itu yang sangat penting. Jadi kalau negara Indonesia ini tergantung, negara lain partner dagang tidak baik-baik saja, Indonesia juga tidak baik-baik saja, jadi faktor itu yang gelap gitu ya istilahnya," pungkasnya.
Penyelenggaraan konferensi NEO 2025 kali ini turut didukung oleh berbagai perusahaan besar, di antaranya PT Pertamina Hulu Energi, PT PLN Persero, PT Freeport Indonesia, PT Bank Rakyat Indonesia Tbk, PT Bank Mandiri (Persero) Tbk, Sinarmas Land, Telkom Indonesia, dan PT AMMAN Mineral International Tbk.