NTV Business Forum 2024: Prof Cynthia Afriani Tekankan Pentingnya Etika dan Keberlanjutan dalam Praktik Bisnis

Nusantaratv.com - 04 Desember 2024

Prof. Dr. Cynthia Afriani, Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia.
Prof. Dr. Cynthia Afriani, Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia.

Penulis: Ramses Manurung

Nusantaratv.com - Prof. Dr. Cynthia Afriani, Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, menekankan pentingnya etika sebagai landasan dalam menjalankan perusahaan. 

Hal itu disampaikan Prof Cynthia saat menjadi pembicara dalam NTV Business Forum 2024 di Hotel Raffles Jakarta, Rabu (4/12/2024). 

Selain Prof Cynthia, diskusi panel sesi pertama yang membahas tema "Accelerating National Industries for Sustainable Growth NTV Business Forum 2024" menghadirkan satu pembicara lainnya yakni Eric Hermawan, Anggota Komisi VII DPR RI.

Menurutnya, prinsip governance tidak hanya mengacu pada transparansi, akuntabilitas, atau tarif, tetapi juga pada penerapan etika dan tanggung jawab jangka panjang terhadap masyarakat dan lingkungan.

"Dulu, perusahaan lebih fokus pada profit jangka pendek, namun saat ini harus ada perhatian terhadap dampak terhadap 'people' dan 'planet' selain 'profit'. Etika dalam perilaku bisnis harus menjadi dasar utama dalam governance," kata Prof Cynthia. 

Dia menyoroti perusahaan sering kali mengabaikan prinsip keberlanjutan, meskipun telah ada regulasi seperti POJK Nomor 51/2017 yang mewajibkan perusahaan untuk memperhatikan aspek keberlanjutan.

"Banyak perusahaan yang hanya fokus pada keuntungan tanpa memperhatikan dampaknya terhadap masyarakat dan lingkungan, sebuah kondisi yang semakin mengarah pada praktik greenwashing," ujarnya. 

Greenwashing adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan tindakan perusahaan yang memberikan klaim atau kesan bahwa mereka ramah lingkungan atau berkelanjutan, padahal kenyataannya tidak demikian. 

Prof Cynthia mencontohkan praktik greenwashing, salah satunya adalah kasus DWS di Jerman yang terlibat dalam skandal pelaporan karbon palsu. Kasus serupa juga terjadi pada Volkswagen, yang mengklaim kendaraan mereka rendah emisi, padahal kenyataannya tidak sesuai dengan yang dipromosikan.

"Perusahaan harus berhati-hati dalam mengelola klaim mereka terkait keberlanjutan. Sebagai contoh, perusahaan seperti produk minuman bersoda yang mengiklankan produknya dengan klaim rendah gula, namun kenyataannya tetap mengandung kadar gula yang tinggi dan dapat berdampak buruk bagi kesehatan, terutama bagi generasi muda," bebernya. 

"Perusahaan tidak boleh hanya fokus pada strategi pemasaran yang menipu konsumen. Penting untuk mematuhi etika dalam komunikasi produk dan keberlanjutan yang sesungguhnya," tukas Prof Cynthia.

 

Dapatkan update berita pilihan terkini di nusantaratv.com. Download aplikasi nusantaratv.com untuk akses berita lebih mudah dan cepat melalui:



0

x|close