Jepang dan Inggris Jatuh ke Jurang Resesi

Nusantaratv.com - 16 Februari 2024

Suasana di kawasan bisnis kota Tokyo/ist
Suasana di kawasan bisnis kota Tokyo/ist

Penulis: Ramses Manurung

Nusantaratv.com-Jepang jatuh ke jurang resesi pada Kamis (15/2/2024). Ambruknya ekonomi Jepang terjadi setelah mengalami pertumbuhan ekonomi negatif selama dua kuartal berturut-turut yang merupakan indikator perekonomian berada dalam resesi teknis.

Catatan pertama buruknya ekonomi Jepang terjadi pada kuartal III-2023 
dengan pertumbuhan ekonominya yang minus 3,3 persen secara tahunan (yoy).

Meski telah melakukan berbagai upaya untuk memulihkan pertumbuhan ekonominya. Namun pada kuartal IV-2023, perekonomian Jepang kembali minus 0,4 persen (yoy).

Akibatnya Jepang kehilangan posisinya sebagai negara dengan perekonomian terbesar ketiga di dunia. Negeri Sakura turun satu peringkat digantikan Jerman dalam deretan tiga besar. 

Salah satu penyebab resesi ekonomi yang membuat Jepang jatuh ke posisi ke empat ekonomi terbesar di dunia adalah pelemahan Yen. Karena perbandingan PDB nominal menggunakan dolar.

Selain itu, menurut para ekonom ambruknya ekonomi Jepang juga dipicu oleh penurunan populasi dan tertinggalnya produktivitas serta daya saing.

Dalam analisisnya Profesor ekonomi Universitas Tokyo Tetsuji Okazaki menyampaikan kemunculan tren kendaraan listrik turut mengguncang dominasi Jepang di sektor otomotif.

"Beberapa tahun yang lalu, Jepang memiliki sektor otomotif yang kuat, misalnya. Namun dengan munculnya kendaraan listrik, keunggulan tersebut pun terguncang," papar Profesoe Okazaki. 

Stagnasi upah yang membuat rumah tangga enggan belanja juga menjadi faktor kunci lain di balik lesunya pertumbuhan ekonomi Jepang. 

Kondisi yang tak kondusif itu diperparah dengan situasi dimana dunia usaha juga banyak berinvestasi di negara-negara lain, dengan pertumbuhan ekonomi yang lebih cepat.

Baca juga: WNI di Jepang Mencoblos di TPS Balai Indonesia Hari Ini

Inggris juga Alami Resesi 

Nasib yang sama juga dialami Inggris yang resmi jatuh ke jurang resesi pada Kamis (15/2/2024). 

Sama halnya dengan Jepang, Inggris juga mengalami pertumbuhan ekonomi negatif dua kuartal berturut-turut. 

Pertumbuhan ekonomi Inggris minus 0,3 persen pada kuartal IV-2023.
Sebelumnya, pada kuartal III-2023 perekonomian Inggris juga terkontraksi 0,1 persen. 

Direktur Kantor Statistik Nasional (ONS) Inggris Liz McKeown hambatan utama pertumbuhan ekonomi Inggris disebabkan semua sektor utama melemah pada kuartal ini, seperti manufaktur, konstruksi dan perdagangan grosir. 

Liz memperkirakan sepanjang 2023 perekonomian Inggris hanya meningkat 0,1 persen. Ini akan menjadi kinerja terburuk sejak 2009, di mana pada waktu itu perekonomian masih belum pulih dari krisis keuangan global.

Tetapi kondisi terburuk itu tidak memperhitungkan 2020 yang terdampak pandemi Covid-19.

"Secara umum, keseluruhan perekonomian sepanjang 2023 perekonomian datar," ungkap McKeown.

Produk domestik bruto Inggris tercatat hanya tumbuh 0,5 persen pada 2023 dan diperkirakan akan tumbuh 0,6 persen tahun ini. Ini menjadikan Britania Raya menjadi negara dengan kinerja terburuk kedua di antara negara-negara besar.

Catatan buruk ini menjadi indikator kuat bahwa Perdana Menteri Rishi Sunak gagal mewujudkan janjinya untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi. 

Alhasil di tengah situasi jelang Pemilu ini, posisi Partai Konservatif, tempat Sunak bernaung kini terancam. Sebab, Partai Buruh sebagai oposisi unggul dalam survei jajak pendapat yang dilakukan banyak lembaga.

 

 

 

Dapatkan update berita pilihan terkini di nusantaratv.com. Download aplikasi nusantaratv.com untuk akses berita lebih mudah dan cepat melalui:



0

x|close