Nusantaratv.com-Para investor kripto harus selalu berhati-hati dan waspada terhadap aksi penipuan. Karena, kini para penipu kripto punya modus baru untuk melakukan kejahatanya pada para investor. Yaitu dengan bot yang dijual di Telegram untuk membocorkan otentikasi dua faktor (2FA) para investor dan membuat akun mereka dihapus.
Para penipu melancarkan aksinya dengan menakut-nakuti para investor dengan mengatakan akunnya telah diretas. Mereka memanfaatkan ketakutan para investor. Sebab, dalam kondisi ketakutan dan panik para investor akan bertindak ceroboh. Mengganggap tindakan yang diambil bisa melindungi, ternyata tindakan itu justru blunder karena para korban mengekspos diri kepada pencuri.
Tools penipuan yang digunakan adalah bot One Time Password (OTP). Laporan perusahaan keamanan siber Q6 Cyber menjelaskan alat tersebut menyebabkan kerugian besar untuk lembaga keuangan dan lainnya.
"Panggilan bot dibuat dengan cara yang sangat terampil, menciptakan rasa urgensi dan kepercayaan lewat telepon. Panggilan mengandalkan rasa takut, meyakinkan korban untuk bertindak 'menghindari' penipuan dalam akun mereka," ungkap laporan tersebut, Rabu (16/2/2022).
Tak sedikit yang menjadi korban dari modus baru penipuan kripto ini. Pasalnya, banyak investor terbiasa memberikan kode otentikasi untuk melakukan verifikasi informasi akun.
Salah satu korban penipuan modus baru tersebut adalah Anders Apgar. Kejadian bermula ketika dia mendapatkan telepon yang nampak seperti robocall dan tak lama ponsel istrinya juga berdering.
Baca juga: Daftar 229 Aset Kripto yang Boleh Diperjualbelikan di Indonesia
Setelah telepon diangkat, kemudian muncul notifikasi akun dalam bahaya. Terdapat suara wanita yang mengatakan ada aktivitas tidak sah dalam akun dan tak lama muncul kode 2FA di layar. Akhirnya akunnya terkunci dalam waktu kurang dari dua menit.
Penipuan itu berhasil karena robocall bisa terdengar seperti panggilan resmi. Khususnya saat korban sedang terganggu oleh hal lain saat mendapatkan telepon.
"Ini sifat manusia. Jika Anda menerima panggilan yang memberitahu Anda jika seseorang mencoba masuk ke akun Anda, Anda tidak berpikir 'Ya saya tidak mencoba'," jelas analis Q6 Cyber, Jessica Kelley, mengutip CNBCIndonesiacom.
Diketahui, Bot mulai muncul untuk dijual dalam platform pesan Telegram musim panas lalu. Kelley mengidentifikasi ada sekitar enam kanal dengan lebih dari 10 ribu pelanggan menjual layanan tersebut.
Dijelaskan, para penipu sering membual di Telegram soal bot bekerja dengan baik dan menjaring ribuan atau ratusan ribu dolar kripto bekerja. Biaya bot tersebut berkisar US$100 (Rp 1,4 juta) perbulan hingga US$4000 (Rp 57,1 juta) untuk langganan seumur hidup.