Nusantaratv.com - Nilai tukar rupiah gagal melanjutkan tren positif usai ditutup di level Rp14.911 per dolar AS pada perdagangan pasar spot Rabu (3/8/2022) sore.
Mata uang RI ini melemah 22,5 poin atau 0,15 persen dibandingkan sebelumnya.
Sementara itu, kurs referensi Bank Indonesia (BI), Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) menempatkan rupiah di posisi Rp14.917 per dolar AS di perdagangan hari ini.
Menurut, Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi pelemahan rupiah disebabkan oleh pernyataan The Fed yang bakal tetap agresif di rapat FOMC berikutnya. Artinya, era kenaikan suku bunga tinggi masih tetap berlanjut, sehingga dolar AS menguat.
"Dolar menguat tajam terhadap mata uang lainnya pada hari Rabu karena pernyataan pejabat Federal Reserve AS mengisyaratkan bahwa lebih banyak kenaikan suku bunga akan datang dalam waktu dekat dan kekhawatiran atas meningkatnya ketegangan AS-China," kata Ibrahim Assuaibi.
Meski demikian, tekanan ke rupiah dinilai masih lebih baik dibandingkan dengan negara berkembang lainnya. Sebab, fondasi perekonomian Indonesia cukup kuat, tercermin dari berbagai indikator motor penggerak ekonomi.
"Selain itu, investasi dan ekspor yang diperkirakan tetap kuat hingga akhir tahun akan menjadi penopang pertumbuhan ekonomi di tahun 2022," jelasnya, mengutip CNNIndonesiacom.
Mayoritas mata uang lain di Asia juga terpantau melemah pada sore ini. Baht Thailand melemah 0,01 persen, yuan China turun 0,03 persen, won Korea Selatan anjlok 0,41 persen, peso Filipina melemah 0,55 persen, ringgit Malaysia merosot 0,05 persen, dan dolar Hong Kong stagnan.
Sebaliknya, yen Jepang menguat 0,03 persen, dolar Singapura naik 0,12 persen,
Sementara, mayoritas mata uang utama di negara maju tampak berada di zona merah sore ini. Euro Eropa menguat 0,20 persen, franc Swiss melemah 0,11 persen, poundsterling Inggris menguat 0,15 persen, dan dolar Australia menguat 0,13 persen.