Nusantaratv.com - Seperti prediksi para analis, nilai tukar rupiah ditutup di level Rp14.895 per dolar AS, pada Jumat (2/9/2022).
Mata uang RI ini melemah 13 poin atau 0,09 persen dari perdagangan sebelumnya.
Sementara, kurs referensi Bank Indonesia (BI) Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) menempatkan rupiah di posisi Rp14.884 per dolar AS pada perdagangan hari ini.
Menurut Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi nilai tukar rupiah melemah di penutupan ini disebabkan investor yang menunggu data ketenagakerjaan Amerika Serikat (AS).
Ketenagakerjaan AS diprediksi akan bertambah sebanyak 300 ribu pekerjaan di bulan lalu. Jika data ini terealisasi, maka ada kemungkinan The Fed menaikkan suku bunga lebih tinggi, karena ada anggapan ekonomi mulai membaik.
"Laporan pekerjaan bulanan AS yang diawasi secara luas ini menunjukkan kenaikan suku bunga lebih lanjut," ujar Ibrahim Assuaibi.
Dari dalam negeri, ada sentimen dari isu kenaikan harga BBM subsidi yang akan dinaikkan pemerintah dan menekan rupiah.
"Walaupun sampai hari ini Pemerintah belum mengumumkan tentang kenaikan BBM bersubsidi, karena belum adanya kekompakan antara pemerintah dan polisi dalam menangani demonstrasi yang marak saat ini," jelasnya, mengutip CNNIndonesiacom.
Untuk perdagangan pekan depan, Senin (5/9/2022), Ibrahim memperkirakan rupiah bakal berada pada level Rp14.880 per dolar AS-Rp14.930 per dolar AS.
Sementara beberapa mata di Asia terpantau bervariasi. Yen Jepang melemah 0,04 persen, won Korea Selatan turun 0,63 persen, dolar Singapura menguat 0,01 persen, dan peso Filipina melemah 0,61 persen.
Yuan China naik 0,02 persen, baht Thailand menguat 0,07 persen dan dolar Hong Kong terpantau stagnan sore ini.
Sedangkan, mata uang negara maju kompak berada di zona hijau. Poundsterling Inggris menguat 0,34 persen, euro Eropa menguat 0,09 persen dan dolar Australia naik 0,21 persen, dan dolar Kanada menguat 0,11 persen.