Nusantaratv.com - Badan Energi Internasional atau International Energy Agency (IEA) mengapresiasi program pendanaan kemitraan transisi energi internasional yang adil atau Just Energy Transition Partnership (JETP) yang disepakati di KTT G20 Bali sebagai pencapaian penting dalam upaya transisi energi global.
"Hari ini 15 November, saya mengatakan sebagai pencapaian penting dalam upaya transisi energi global," ujar Direktur Eksekutif IEA Dr. Fatih Birol dalam peluncuran daring laporan Coal in Net Zero Transitions yang dipantau di Jakarta, Selasa.
Fatih mengatakan IEA mendapatkan kabar dari perhelatan KTT G20 bahwa pemerintah Indonesia bersama pemerintah Amerika Serikat (AS), Jepang dan beberapa negara Eropa serta sejumlah lembaga keuangan internasional menyepakati sebuah program yang disebut Just Energy Transition Partnership (JETP).
"Program ini akan membantu Indonesia, negara yang perekonomiannya bergantung pada energi batu bara untuk bisa beralih atau melakukan transisi ke energi yang lebih bersih dan ramah lingkungan secara adil serta terjamin," katanya.
IEA memandang hal ini merupakan testamen nyata dari kerja sama yang intens antar semua pihak dan berjalan baik.
"Di saat yang sama kami juga bangga terhadap kesepakatan JETP, karena kesepakatan ini didasarkan pada peta jalan IEA bagi Indonesia untuk mencapai net zero emission pada 2050," kata Fatih.
Sebelumnya, Presiden Amerika Serikat Joe Biden pada Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 di Nusa Dua, Bali, Selasa (15/11) mengumumkan bahwa AS, Jepang, Bank Dunia, Asian Development Bank (ADB), dan Climate Investment Funds akan berinvestasi 20 miliar dolar AS untuk transisi energi Indonesia.
Pendanaan tersebut masuk melalui program Just Energy Transition Partnership (JETP) dalam rangka mencapai net zero emissions (NZE) di Indonesia dan programnya akan dimobilisasi oleh PT Sarana Multi Infrastruktur (SMI).
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menkomarves) Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan kemitraan penting ini mendukung target Indonesia termasuk memobilisasi pembiayaan awal publik dan swasta sebesar 20 miliar dolar AS dalam tiga sampai lima tahun ke depan.
Ia menjelaskan investasi ini akan digunakan untuk pengurangan emisi karbon, pengembangan energi terbarukan, dan memaksimalkan transfer pengetahuan guna pengembangan teknologi.
Transisi energi juga dapat membantu menciptakan lapangan kerja baru yang ramah lingkungan dan memberi manfaat bagi masyarakat yang terkena dampak baik secara langsung atau tidak langsung dari perubahan iklim.(Ant)