Jakarta, Nusantaratv.com-Harga mata uang kripto Bitcoin semakin merosot hingga ke posisi terendah sejak Desember lalu. Per Rabu (5/1/2022) harga Bitcoin di bawah 43.000 dolar Amerika Serikat (AS).
Menurut Kepala Investasi CIBC Private Wealth Management David Donabedian penurunan harga Bitcoin dipengaruhi meningkatnya ekspektasi kenaikan suku bunga oleh Federal Reserve atau the Fed . Hal itu membebani aset kripto yang mencatat kinerja terbaik selama beberapa tahun terakhir.
"Ini adalah investasi spekulatif dan volatilitas akan menjadi konstan di sana," kata David Donabedian, Kamis (6/1/2022).
Harga Bitcoin berdasarkan kapitalisasi pasarnya turun di bawah 43.000 pada Rabu (5/1/2021).
Anjloknya harga Bitcoin pada Rabu (5/1/2022) memperburuk penurunan yang dimulai setelah Natal dan berlanjut hingga tahun ini.
Baca juga: Harga Bitcoin Kembali Anjlok 2,7 Persen jadi US$ 47.823
Sempat berada di level 52.000 dolar AS pada 27 Desember 2021, harga Bitcoin terus merosot dan berada di kisaran 44.000 hingga 50.000 dolar AS per koin.
Kendati demikian, Bitcoin telah melonjak lebih dari 500 persen sejak akhir 2019 setelah langkah-langkah stimulus ekonomi yang dilakukan selama pandemi Covid-19.
Sementara itu, pasar saham AS memperdalam koreksi setelah the Fed memunculkan sinyal kemungkinan kenaikan suku bunga lebih awal dan lebih cepat dari perkiraan. Indeks S&P 500 turun 1,94 persen dipimpin sektor properti, sedangkan Nasdaq 100 anjlok 3,34 persen terseret saham teknologi.
"The Fed hawkish. Reaksi spontan dalam kripto cenderung memperlakukan mereka sebagai aset berisiko secara eksklusif terlepas dari tren jangka panjang seputar inflasi, simpanan bernilai dan lain-lain," kata salah satu pendiri platform kripto FRNT Financial Inc Stephane Ouellette, mengutip okezonecom.