Nusantaratv.com - Aset kripto diprediksi masih akan terus terpuruk. Setelah pasar kripto menghapus hampir US$ 2 triliun atau setara Rp29.640 triliun (kurs Rp 14.820) tanda-tanda pulih masih belum terlihat.
Mata uang kripto Bitcoin juga masih terus dalam tekanan sejak kripto kehilangan lebih dari 60% nilai tertingginya yang hampir US$ 69.000 pada November 2021. Para investor dikabarkan telah mencari titik terendah Bitcoin.
Aktivitas penambang Bitcoin disebut dapat memberi investor petunjuk ke mana arah mata uang digital tersebut selanjutnya.
Tekanan yang dialami Bitcoin selama pasar terpuruk mengakibatkan banyak penambang tidak menguntungkan untuk melanjutkan operasi. Bahkan mereka harus menjual beberapa Bitcoin agar tetap bertahan, sambil mematikan rig penambangan untuk menghemat uang.
Bukti bahwa para penambang mematikan mesin mereka terlihat dari tingkat hash yang mengalami penurunan. Sejak pertengahan Mei 2022 ketika pasar mulai menjual, tingkat hash rata-rata 30 hari turun lebih dari 7% dan pada satu titik turun 10%.
Tingkat hash menjadi sinyal bagi para investor untuk mencoba mencari tahu kapan pasar akan turun. Pasalnya kapitulasi dan guncangan para penambang sering dikaitkan dengan tahap akhir siklus Bitcoin.
"Secara historis, kapitulasi di pasar pertambangan cenderung sangat sesuai dengan dasar pasar secara keseluruhan," kata Analis Aset Digital di CoinShares, Matthew Kimmell, mengutip detikcom.
Laman CoinMarketCap, pukul 13.00 WIB harga Bitcoin terpantau melemah 0,75% ke level US$ 21.413,19. Harga Ethereum (ETH) juga melemah 1% menjadi US$ 1,662,65, dan Tether menguat 0,01% menjadi US$ 1,00.