Harga Beras Mahal, Jokowi: Sekarang Susah Cari ke Negara Produsen!

Nusantaratv.com - 28 Februari 2024

Presiden Jokowi saat memberikan bantuan pangan di Yogyakarta. (Antara)
Presiden Jokowi saat memberikan bantuan pangan di Yogyakarta. (Antara)

Penulis: Mochammad Rizki

Nusantaratv.com - Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyebut Indonesia sudah mencari beras ke negara produsen guna mengatasi mahalnya harga bahan pokok tersebut. Namun, hasilnya tak sesuai yang diharapkan. 

"Sekarang ini kita mencari beras ke negara-negara produsen itu juga tidak gampang dan tidak mudah," ujar Jokowi dalam Rapat Pimpinan TNI-Polri di Mabes TNI, Jakarta, Rabu (28/2/2024). 

Padahal, kata Jokowi, dahulu RI kerap ditawari beras oleh negara-negara produsen guna memenuhi kebutuhan masyarakat akan bahan pangan itu. Namun, kondisi saat ini berbeda. 

"Kita tahu kalau dulu banyak yang menawarkan kepada kita, misalnya beras, hampir semua negara produsen beras menawarkan berasnya kepada kita," tutur Jokowi. 

Menurut Jokowi, kini negara-negara produsen menahan berasnya untuk tidak dijual ke negara lain seperti Indonesia. Ini terjadi setelah adanya inflasi pangan dunia. Kondisi tersebut juga berlangsung akibat perubahan iklim. Hal itu, kata dia terjadi bukan hanya terhadap bahan pokok beras. 

"Karena semuanya ini ngerem untuk tidak ekspor bahan pangannya, baik gandum, maupun beras. Akibat perubahan iklim, akibat perubahan cuaca dan rantai pasok," jelas Jokowi.

Diketahui, harga beras di Tanah Air melonjak akhir-akhir ini. Seiring dengan itu persediaannya dirasakan masyarakat berkurang.

Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan (Zulhas) menjelaskan, harga beras saat ini mengalami kenaikan akibat para petani belum panen gara-gara siklus cuaca El Nino yang terjadi tahun lalu. Kondisi tersebut membuat jumlah produksi beras mengalami penurunan yang secara otomatis membuat harga jual menjadi naik.

"Memang suplainya beras premium lokal itu tidak sebanyak dulu karena kita belum panen kan. Panennya mundur karena El-nino, suplainya kurang, harganya naik," kata Zulhas usai melakukan pengecekan di Pasar Rawasari, Jakarta, Senin (19/2/2024). 

Pemerintah, kata dia sudah menggelontorkan beras program Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) untuk menahan atau menurunkan harga. Tapi, beras tersebut nyatanya belum banyak muncul di pasar.

Ia mengatakan kondisi ini dapat terjadi karena beras SPHP Bulog banyak diperebutkan seiring menurunnya jumlah produksi dalam negeri.

"Nah sekarang ada beras Bulog, itu SPHP ya. SPHP sekarang menjadi alternatif, karena semua berharap pada SPHP, banyak (pindah membeli beras) dari premium ke SPHP sehingga barangnya Bulog cepat habis," tandasnya.

Dapatkan update berita pilihan terkini di nusantaratv.com. Download aplikasi nusantaratv.com untuk akses berita lebih mudah dan cepat melalui:



0

x|close