Jakarta, Nusantaratv.com-Peningkatan kasus varian baru, kenaikan inflasi di sejumlah negara, badai pemutusan hubungan kerja dan masalah rantai pasok global masih jadi kendala bagi pertumbuhan ekonomi global pada 2022.
Melihat kondisi tersebut, Bank Dunia memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi global dari semula 5,5 persen (prediksi ekonomi tahun lalu) jadi 4,1 persen tahun ini.
Bank Dunia juga memprediksi pertumbuhan ekonomi beberapa negara melambat tahun ini. Ekonomi AS diproyeksi hanya tumbuh 3,7 persen pada 2022, melambat dibandingkan tahun sebelumnya yang sebesar 5,6 persen.
Menurut lembaga keuangan internasional tersebut covid-19 telah meningkatkan ketimpangan pendapatan global.
Bank Dunia juga melihat output dan investasi di negara berkembang akan tetap berada di bawah tren sebelum pandemi.
"Karena tingkat vaksinasi yang lebih rendah, kebijakan fiskal dan moneter yang lebih ketat, dan bekas luka yang lebih persisten dari pandemi," tulis laporan Bank Dunia, Rabu (12/1).
Baca juga: HUT PDIP, Puan Ajak Kader Bantu Pemulihan Sosial Ekonomi Rakyat Dampak Pandemi
Bank Dunia menjelaskan ketidaksetaraan yang terjadi di negara berkembang karena banyak masyarakat yang kehilangan pekerjaan dan penurunan gaji, mengutip CNNIndonesiacom.
Selain itu, Bank Dunia juga memaparkan dua tantangan lain bagi negara berkembang.
Pertama, ketidakseimbangan makroekonomi telah mencapai porsi yang belum pernah terjadi sebelumnya. Dunia sedang berada dalam fase ketidakpastian cukup tinggi.
Kedua, pengeluaran di negara berkembang melonjak untuk mendukung kegiatan ekonomi selama krisis. Namun, banyak negara yang jumlah utangnya tembus rekor terbaru.
Dalam laporannya Bank Dunia juga menyoroti masalah inflasi dalam jangka pendek. Hal ini karena kenaikan harga makanan, harga energi, dan gangguan pasokan di dunia.