Blunder UU Anti-CPO RI, Investor Eropa Malah Kena Getahnya

Nusantaratv.com - 14 Juni 2023

Uni Eropa. (Net)
Uni Eropa. (Net)

Penulis: Mochammad Rizki

Nusantaratv.com - Undang-undang (UU) anti deforestasi Uni Eropa (UE) yang turut menyasar produk sawit Indonesia, telah membuat pengusaha Eropa khawatir. Beberapa di antaranya mengatakan, mereka bahkan dapat tersingkir dari pasar akibat kebijakan tersebut. 

Diketahui, UE pada Desember lalu menyetujui UU baru tersebut guna mencegah perusahaan menjual kopi, daging sapi, kedelai, karet, minyak sawit, dan komoditas lain yang terkait dengan deforestasi. Perusahaan harus membuktikan bahwa rantai pasokan mereka tak berkontribusi pada perusakan hutan atau didenda hingga 4% dari omzet mereka di negara anggota UE.

Keputusan ini mulai dikeluhkan pengusaha consumer goods Eropa. Union Investment Jerman, salah satu investor teratas di Unilever dan Reckitt, tahun lalu menulis kepada 56 perusahaan consumer goods untuk mencari tahu lebih banyak tentang deforestasi dalam rantai pasokan mereka.

"Denda dapat menjadi risiko bagi kinerja perusahaan-perusahaan ini di pasar saham," ujar Henrik Pontzen, kepala ESG di Union Investment, yang memiliki saham di Nestle, Pepsico, Danone, Beyond Meat, dan L'Oreal, Selasa (13/6/2023).

Dokumen internal Union Investment memperlihatkan, bahwa perusahaan hanya menerima 14 perusahaan yang mengatakan bahwa mereka memiliki operasional tanpa deforestasi.

"Sebagai investor besar, ini sangat tidak biasa. Biasanya, kami menerima jawaban dari perusahaan manapun yang kami kirimi surat. Mungkin alasan untuk tidak menjawab adalah karena mereka tidak punya sesuatu untuk dikatakan."

Kekhawatiran serupa turut disampaikan investor consumer goods seperti Schroders, Janus Henderson, NBIM, Union Investment, KLP, Aviva, Fidelity International dan Ninety One. Mereka tengah berbicara dengan produsen tentang masalah ini, tapi tiga di antaranya mengatakan bakal mengidentifikasi emiten consumer goods yang mungkin akan mereka jual, dikutip dari Reuters.

Organisasi Pangan dan Pertanian PBB memperkirakan bahwa 420 juta hektare hutan hilang akibat deforestasi antara tahun 1990 dan 2020. Konsumsi UE mewakili sekitar 10% dari deforestasi global, menurut parlemen Eropa. Minyak kelapa sawit dan kedelai menyumbang lebih dari dua pertiganya.

Ketentuan baru mewajibkan perusahaan untuk memberikan formulir uji tuntas elektronik kepada petugas bea cukai yang menunjukkan bahwa rantai pasokan mereka tidak berkontribusi terhadap perusakan hutan.

"Pembuat barang konsumen mengandalkan teknologi seperti satelit dan kecerdasan buatan untuk membantu memberantas deforestasi dari rantai pasokan mereka. Namun upaya itu mungkin tidak cukup untuk mematuhi aturan," ujar anggota parlemen Uni Eropa, Christophe Hansen.

Walau demikian, sejumlah perusahaan barang konsumsi besar mengatakan bahwa mereka hampir mencapai target nol-deforestasi yang ambisius. Nestle, perusahaan makanan terbesar di dunia, menargetkan sepenuhnya bebas deforestasi untuk kakao dan kopi hanya pada tahun 2025.

Unilever, pembuat sabun Dove dan es krim Ben & Jerry's, menargetkan rantai pasokan minyak kelapa sawit, kertas dan papan, teh, kedelai, dan kakao bebas deforestasi pada akhir tahun 2023.

Magdi Batato, kepala operasi di dua anak usaha Nestle, Nescafe dan Kitkat, menilai bahwa kecerdasan buatan dapat mempercepat prosesnya. Pihaknya bakal fokus menggarap metode ini.

"Masih ada pekerjaan yang harus dilakukan (di industri)," tandasnya.

Dapatkan update berita pilihan terkini di nusantaratv.com. Download aplikasi nusantaratv.com untuk akses berita lebih mudah dan cepat melalui:



0

x|close