Jakarta, Nusantaratv.com-Penyebaran varian baru covid-19 Omicron masih menjadi salah satu faktor penentu tren positif rupiah dalam beberapa hari terakhir.
Rupiah kembali menguat di posisi Rp14.214 per dolar AS di perdagangan pasar spot pada Selasa (28/12) sore. Rupiah menguat 15 poin atau 0,11 persen dari Rp14.229 per dolar AS pada Senin (27/12).
Namun kebalikannya pada kurs referensi Bank Indonesia (BI), Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor). Menempatkan rupiah di posisi Rp14.237 per dolar AS atau melemah dari Rp14.225 per dolar AS pada Senin kemarin.
Menguatnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS pada hari ini juga diikuti beberapa mata uang lain di Asia. Rupee India menguat 0,28 persen, dolar Singapura 0,19 persen, ringgit Malaysia 0,03 persen, dan yen Jepang 0,01 persen. Sementara dolar Hong Kong stagnan.
Adapun mata uang yang melemah pada hari ini, yaitu Peso Filipina melemah 0,44 persen, won Korea Selatan minus 0,12 persen, baht Thailand minus 0,03 persen, dan yuan China minus 0,01 persen.
Baca juga: Tren Perkasa Rupiah Berlanjut jadi Rp14.197 per Dolar AS
Hal yang sama terjadi pada beberapa mata uang utama negara maju, antara lain, rubel Rusia melemah 0,19 persen, dolar Kanada minus 0,07 persen, poundsterling Inggris minus 0,07 persen, dan euro Eropa minus 0,05 persen.
Namun, dolar Australia menguat 0,03 persen dan franc Swiss 0,01 persen.
Menurut Senior Analis DC Futures Lukman Leong menguatnya nilai rupiah pada hari ini karena dolar AS tertekan isu penyebaran covid-19 varian omicron. Sebab, penyebarannya cukup cepat, meski memiliki efek yang ringan ke penderita, mengutip CNNIndonesiacom.
"Ketidakpastian omicron mulai muncul kembali, risk appetite berlanjut di bursa, sehingga dolar AS tertekan, dan rupiah menguat," kata Lukman.
Di samping itu, melemahnya dolar AS juga disebabkan sentimen kenaikan suku bunga acuan bank sentral AS, The Federal Reserve kembali mengemuka di pasar. Hal ini turut mengerek tingkat imbal hasil (yield) surat utang AS, US Treasury di pasar.