Jakarta, Nusantara TV-Lima mahasiswa Universitas Airlangga (Unair) berhasil menciptakan masker kain filter antibakteri dan antivirus yang ramah lingkungan dari limbah kulit udang. Masker inovatif ini dinamai Chitomask.
Kelima mahasiswa Unair tersebut adalah Reza Istiqomatul Hidayah mahasiswa Fakultas Perikanan dan Kelautan, Muhammad Rizky Widodo dan Salsabila Farah Rafidah mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat. Ada pula Ardelia Bertha Prastika mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Firman Hidayat mahasiswa Fakultas Sains dan Teknologi.
Dengan filternya yang memiliki kemampuan antivirus dan antibakteri Chitomask memberikan proteksi tambahan kepada pengguna. Proteksi ekstra tersebut sangat diperlukan untuk mencegah tertular varian mutasi covid-19. Chtiomask juga sangat ramah lingkungan. Komposisi bahannya yang biodegradable atau mudah terurai secara alami sehingga bisa meminimalisir limbah masker saat pandemi.
CEO Chitomask Ardelia Bertha Prastika menuturkan, produknya bisa terurai dalam kurun waktu yang pendek.
“Chitomask ini tidak merusak lingkungan, untuk terurainya pun paling lama satu bulan,” kata Ardelia dikutip dari Okezone, Rabu (21/7/2021).
Ardelia menjelaskan proses produksi Chitomask dimulai dengan kitosan (limbah kulit udang, Red) dibuat gel terlebih dahulu hingga menunjukkan warna bening dan konsentratnya mengental.
Baca juga: Inggris Cabut Aturan Wajib Masker dan Segera Akhiri Lockdown
Tim Chitomask menyebut beberapa keunggulan kitosan, antara lain senyawanya tidak beracun, tidak mengandung protein pemicu alergi, sebagai bahan alami yang biokompatibilitas, bioaktivitas dan keamanan biologis yang tinggi.
Tim juga turut mendukung beberapa ketercapaian SDGs, salah satunya SDGs ke-14 mengenai life below water yang mencegah segala bentuk polusi kelautan. Dampak kesehatan dan lingkungan harus secara simultan ditangani bersama, artinya tidak dianggap satu lebih penting daripada yang lain.
“Semoga kedepannya masyarakat bisa bijak dalam bersikap, meskipun dalam fase yang menghantam seperti pandemi. Harus diingat kita hidup berdampingan dengan lingkungan. Pandemi bisa saja selesai, tetapi jangan sampai lingkungan menimbulkan persoalan baru,” pungkasnya.