Studi: Vaksinasi Covid-19 Tidak Meningkatkan Risiko Keguguran

Nusantaratv.com - Vaksin Covid-19 tidak meningkatkan risiko keguguran pada awal kehamilan. Hal itu menambah penelitian sebelumnya yang menunjukkan vaksin tersebut aman untuk ibu hamil.

Dikutip dari UPI, Selasa (26/10/2021), sebuah tim internasional menganalisis data dari beberapa pendaftar kesehatan Norwegia untuk menilai risiko keguguran pada trimester pertama di antara wanita yang divaksinasi Covid-19. Informasi dari lebih 18.000 wanita ditinjau untuk penelitian ini.

Sementara Norwegia tidak merekomendasikan vaksinasi pada trimester pertama kehamilan, para wanita mungkin mendapatkan suntikan sebelum mereka menyadari jika mereka sedang hamil, para peneliti menunjukkan.

"Studi kami tidak menemukan bukti peningkatan risiko keguguran dini setelah vaksinasi Covid-19 dan menambah temuan dari laporan lain yang mendukung vaksinasi Covid-19 selama kehamilan," tulis para peneliti dalam sebuah surat kepada editor, yang diterbitkan pekan lalu, dalam the New England Journal of Medicine.

"Temuan ini meyakinkan bagi wanita yang divaksinasi di awal kehamilan dan mendukung bukti yang berkembang jika vaksinasi Covid-19 selama kehamilan aman," tambahnya.

Baca Juga: Studi: Perawat Punya Kecenderungan Tinggi untuk Bunuh Diri

Sembilan peneliti menandatangani surat itu, termasuk Dr. Allen Wilcox dari Institut Nasional Ilmu Kesehatan Lingkungan di Durham, NC, Deshayne Fell dari Universitas Ottawa, dan Maria Magnus dari Institut Kesehatan Masyarakat Norwegia di Oslo.

Vaksin yang digunakan di Norwegia termasuk Pfizer, Moderna dan AstraZeneca. Studi tersebut tidak menemukan hubungan antara jenis vaksin yang diberikan kepada ibu hamil dan risiko keguguran.

"Penting bagi wanita hamil untuk divaksinasi karena mereka memiliki risiko rawat inap dan komplikasi Covid-19 yang lebih tinggi, dan bayi mereka berisiko lebih tinggi lahir terlalu dini," kata para penulis dalam rilis berita University of Ottawa.

"Vaksinasi selama kehamilan kemungkinan akan memberikan perlindungan kepada bayi yang baru lahir terhadap infeksi Covid-19 pada bulan-bulan pertama setelah lahir," kata para peneliti.