Polri: Nggak Ada Kakak Asuh-Adik Asuh Sambo

Nusantaratv.com - 23 September 2022

Ferdy Sambo. (Polri TV Radio)
Ferdy Sambo. (Polri TV Radio)

Penulis: Mochammad Rizki

Nusantaratv.com - Guru besar politik dan keamanan Universitas Padjadjaran, Muradi, memandang Ferdy Sambo masih memiliki rasa kepercayaan diri dalam kasus pembunuhan Brigadir Nofriansyah Yosua Hutabarat atau Brigadir J lantaran kekuatan kakak asuh. Polri memastikan hal tersebut tak benar.

"Terkait kakak asuh adik asuh itu kan kembali lagi hanya dugaan. Tapi yang jelas saya sudah berkoordinasi dengan Pak Dir maupun Propam itu tidak ada. Jangan melenceng dari pokok substansi," ujar Kadiv Humas Polri Irjen Dedi Prasetyo di Mabes Polri, Jumat (23/9/2022).

Dedi mengatakan pihaknya fokus menuntaskan sidang kode etik personel yang terlibat dalam kasus pembunuhan Brigadir J. Polri pun berharap para tersangka bisa segera disidang setelah berkas perkara dikirim lagi ke Kejagung.

"Pokok substansinya adalah sidang kode etik yang sudah dilaksanakan dan banding. Dari hasil keputusan banding yg bersifat kolektif kolegial dan sudah diputuskan PTDH," katanya.

"Itu merupakan keputusan final dan mengikat. Sudah tidak ada lagi upaya hukum yang dilakukan yang bersangkutan di internal Polri. Kemudian, fokus lagi ya segera penuntasan pemberkasan yang saat ini sedang diteliti," tambahnya.

Sebelumnya, Muradi menilai Ferdy Sambo masih memiliki rasa kepercayaan diri tinggi karena ada kekuatan dari kakak asuh dan adik asuh. Dia mengawali penjelasannya dari perbedaan kartun rekonstruksi dengan tayangan langsung rekonstruksi pembunuhan Yosua.

"Kartun rekonstruksi itu kan Bareskrim menyatakan ada FS menembak dua kali. Tapi kan begitu rekonstruksi ditolak bahwa dia tidak menembak dan dia tidak mengatakan ada upaya kemudian meminta Brigadir E untuk melakukan penembakan, bahasanya kan bukan menembak, hajar, hajar kan gitu," kata Muradi saat dihubungi, Selasa (20/9/2022).

"Saya kira kemudian muncul ada upaya dari FS ini untuk memperingan hukuman seolah-olah dia tidak mengarahkan upaya pembunuhan atau penembakan tadi. Di situ saja saya merasa, dia masih merasa confidence ada dukungan dari kakak asuh maupun adik asuh," imbuhnya.

Muradi tak menyebut siapa sosok kakak asuh dan adik asuh yang dimaksud. Namun dia menyampaikan kakak asuh tersebut berperan penting dalam karier Ferdy Sambo sampai melejit menjadi bintang dua.

"Dari mulai naik bintang satu, bintang dua, itu kan kakak asuhnya yang melakukan itu. Lumayan banyak (kakak asuh dan adik asuh), ada bintang dua, bintang satu yang aktif. Ada yang sudah pensiun ada, tapi kan nggak terlalu berpengaruh juga (terhadap perkara)," ujarnya.

Muradi mengatakan hanya mengingatkan adanya beking Ferdy Sambo dari kakak asuh dan adik asuh agar proses hukum kasus pembunuhan Brigadir Yosua tidak menimbulkan perlawanan. Menurutnya, dengan Ferdy Sambo mengubah BAP, sama dengan melakukan perlawanan.

"Paling tidak langkahnya harus sistematis, sehingga beberapa orang yang dianggap kakak asuh-adik asuh itu kemudian bisa kembali fokus pada organisasi, bukan orang per orang. Bahasanya kan bisa dimutasi dulu supaya tidak melakukan manuver untuk memperkuat perlawanan dari FS. Ya dimutasi atau di-grounded dululah 3 bulan (atau) 6 bulan. Kalau prosesnya berjalan dan terbukti tidak punya keterlibatan aktif, dikembalikan lagi ke posisi," ucapnya.

Ferdy Sambo merupakan satu dari lima tersangka kasus dugaan pembunuhan berencana terhadap Yosua. Selain Ferdy Sambo, Polri juga telah menjerat Bharada Eliezer, Bripka Ricky Rizal, Putri Candrawathi dan Kuat Ma'ruf sebagai tersangka.

Sambo juga menjadi salah satu tersangka di kasus dugaan merintangi penyidikan pembunuhan Yosua. Selain itu, Ferdy Sambo telah dijatuhi sanksi pemberhentian tidak dengan hormat atau pemecatan dari Polri.

Dapatkan update berita pilihan terkini di nusantaratv.com. Download aplikasi nusantaratv.com untuk akses berita lebih mudah dan cepat melalui:



0

(['model' => $post])