Pernah Digunakan Donald Trump, WHO Rekomendasikan Obat Regeneron untuk Pasien Covid-19

Nusantaratv.com - 24 September 2021

Pasien Covid-19 mendapatkan perawatan. (Penn Medicine)
Pasien Covid-19 mendapatkan perawatan. (Penn Medicine)

Penulis: Adiantoro

Nusantaratv.com - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah menambahkan koktail obat antibodi Regeneron ke dalam daftar perawatan untuk pasien virus corona (Covid-19).

Pada tahun lalu, obat tersebut sudah sempat digunakan oleh mantan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump ketika dia dikonfirmasi positif terinfeksi Covid-19.

Dalam pernyataannya pada Jumat (24/9/2021), seperti dikutip dari Al Jazeera, WHO mengungkapkan kombinasi obat itu efektif pada pasien yang tidak sakit parah tetapi berisiko tinggi dirawat di rumah sakit dengan Covid-19, berdasarkan studi klinis. Obat ini juga disebut efektif untuk mereka dengan kasus penyakit parah dan tidak memiliki antibodi.

Ini merupakan obat perawatan Covid-19 pertama yang direkomendasikan WHO untuk pasien berisiko tinggi yang tidak parah. Di AS, terapi antibodi ini telah mendapatkan otorisasi penggunaan darurat pada November 2020 usai digunakan oleh Trump. Inggris juga telah memberikan izin penggunaannya, sedangkan Eropa masih melakukan peninjauan.

"WHO memperingatkan agar tidak memperburuk ketidakadilan kesehatan dan ketersediaan terapi yang terbatas, pasien berisiko tinggi yang tidak parah harus dirawat, sedangkan mereka yang parah atau kritis dan tak memiliki antibodi COVID-19 harus diobati; karena kedua kelompok pasien ini adalah pasien yang paling diuntungkan dari perawatan ini," demikian pernyataan WHO.

Selain itu, WHO juga mendesak pemegang paten Regeneron untuk menurunkan harga obat tersebut dan mengupayakan distribusi adil di seluruh dunia. Regeneron juga diminta untuk berbagi tekonologi demi memungkinkan pembuatan versi biosimilar.

Mendukung rekomendasi WHO, organisasi kemanusiaan Doctors Without Borders mendesak Regeneron untuk menyediakan obat tersebut dengan harga yang wajar. Regeneron juga diminta berhenti memberlakukan paten, terutama di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah.

"Sangat tidak adil jika orang yang tinggal di negara berpenghasilan rendah dan menengah tidak dapat mengakses perawatan Covid-19 baru yang dapat mengurangi risiko kematian karena monopoli perusahaan farmasi dan menginginkan pengembalian yang tinggi," jelas Dr Elin Hoffmann Dahl dari Doctors Without Borders.

WHO juga mengatakan UNITAID, sebuah badan kesehatan internasional, sedang bernegosiasi dengan Roche untuk harga yang lebih rendah dan distribusi yang adil di seluruh bagian dunia. 

"Hal ini juga dalam diskusi dengan perusahaan untuk donasi dan distribusi obat melalui UNICEF, mengikuti kriteria alokasi yang ditetapkan oleh WHO," jelasnya.

Dapatkan update berita pilihan terkini di nusantaratv.com. Download aplikasi nusantaratv.com untuk akses berita lebih mudah dan cepat melalui:



0

(['model' => $post])

Berita Terkait
Studi Klinis SANOIN-1711531661
tips-1711444228
Ilustrasi-1710918050