Bara Semangat Anak Penjual Sate Gapai Mimpi di Bali United

Nusantaratv.com - 11 Mei 2022

Pemain Bali United, Komang Aryantara
Pemain Bali United, Komang Aryantara

Penulis: Arfa Gandhi

Nusantaratv.com - Terik mentari terasa membakar kulit kala itu di kawasan Pantai Matahari Terbit, Sanur. Namun, itu tidak menghalangi semangat Nengah Ratmiasih untuk melayani dua orang pelanggan yang tengah kelaparan.

Tangannya masih nampak begitu luwes mengipasi dan membolak-balikkan puluhan sate yang berjejer di atas bara api. Sontak kepulan asap putih dan semerbak aroma sedap yang membalut daging ikan marlin membumbung ke sana kemari mengikuti arah semilir angin. Sungguh menggoda siapapun yang berlalu untuk berhenti sejenak.

Tidaklah sulit untuk menemukan lokasi warung sate miliknya ini. Letaknya persis berada di pinggir jalan dekat kawasan pembangunan dermaga di Pantai Matahari Terbit.

Kepulan asap putih ditambah aroma nikmat yang menusuk hidung menjadi penanda. Bisingnya suara dari proyek dermaga seolah tergantikan dengan bunyi kecapan kenikmatan menyantap seporsi sate beserta tipat.  

Semua Nengah Ratmiasih lakukan demi membiayai mimpi anaknya menjadi pesepak bola profesional. Ya, dia adalah ibu dari pemain Bali United Youth, Komang Aryantara.

Sudah lebih dari 15 tahun keluarga pemain yang akrab disapa Koming ini menggantungkan hidup dari berjualan sate. Bahkan tempat yang luasnya tidak lebih dari 4 meter ini sudah dianggap sebagai rumah.

“Ini (warung) malah sudah jadi kayak rumah pertama buat kami, karena saking lamanya kami jualan dan menghabiskan waktu di sini. Sudah dari tahun 2007 saya jualan di sini,” ujar Bu Nengah diiringi gelak tawa.


Meskipun sehari-hari ia harus menanggung beban untuk menghidupi keluarganya, tidak nampak sedikitpun guratan lelah atau keluh terpancar dari dirinya. Sehari-harinya, ia terlihat selalu ceria. Air matanya mulai jatuh saat ia mengingat kepergian suaminya.

Sejak 17 tahun lalu ia harus memainkan dua peran yang tidak mudah dalam keluarga. Ia sebagai ibu sekaligus tulang punggung bagi ketiga anaknya.

“Ini memang cukup berat buat saya, tetapi saya lakukan semua ini untuk Komang. Dia ditinggal bapaknya meninggal saat baru berumur enam bulan. Itu membuat saya membesarkan Komang sebagai ibu sekaligus bapak buat dia dan kedua kakaknya. Walaupun pekerjaan saya sederhana seperti ini (berjualan sate), astungkara saya bisa membesarkan dan membimbing dia,” tuturnya sembari mengusap pipinya yang basah seperti dikutip dari website Bali United.

Kehilangan suami sekaligus figur bapak tentu tidak mudah untuknya, apalagi bagi Komang. Beragam pekerjaan pun sempat Bu Nengah lakoni demi menyambung hidup yang serba tidak pasti.

Kerasnya hidup memaksanya bekerja serabutan menjadi kuli angkut di pasar sampai penjahit manik-manik. Sebagai bentuk tanggung jawab seorang ibu, ia kerjakan semuanya sambil mengurusi Komang yang masih kecil. 

“Waktu Koming baru 10 bulan, saya ajak dia untuk nyuun (menjadi kuli angkut) di Pasar Badung. Kemudian berhenti karena Komang sempat sakit parah. Sempat juga bekerja sambilan menjahit manik-manik. Pokoknya waktu itu semua pekerjaan saya lakukan asalkan itu halal untuk dapat uang,” ucapnya lirih.


Seiring bertambahnya usia, Komang mulai mengenal dan jatuh cinta dengan sepak bola. Bermodal restu dari sang ibu, kiper berusia 17 tahun ini konsisten menekuni dunia kulit bulat.

“Memang dari kecil dia suka sepak bola dan mainannya itu aja. Nggak seperti anak-anak lain yang main mobil-mobilan. Saya mendukung Komang karena memang dia suka sekali main bola. Yang terpenting dia senang dan jangan mengeluh ke saya aja,” ungkapnya lantas tertawa.

Langkah Komang meniti mimpi menjadi pesepak bola profesional tidaklah mudah. Sebab pemasukan dari berjualan sate sangat tidak menentu, apalagi pada musim Covid-19. Penghematan terpaksa harus dilakukan. Tidak jarang, meminjam uang pun menjadi pilihan yang mau tidak mau harus diambil.

“Pasti saya menyisihkan uang untuk SPP dan kebutuhan Komang lainnya, termasuk sepak bola. Walaupun sedikit, tapi lama-lama pasti terkumpul. Kalau memang terpaksa harus meminjam uang, saya akan pinjam ke tetangga. Memang terlihat berat, tapi yang namanya demi anak, pasti akan saya usahakan,” jelas Bu Nengah.

Kerasnya hidup tidak melunturkan semangat kiper asal Karangasem ini menggapai mimpi. Ia tetap yakin dan teguh dengan pilihannya, meski harus berjerih lelah mengatur waktu antara bersekolah, sepak bola, dan membantu ibunya.

“Setiap harinya Komang pasti selalu mampir ke sini untuk bantu jualan. Selesai latihan dia selalu datang untuk bantu saya dan nanti saat sudah agak sepi, dia baru istirahat sambil tiduran di sana,” katanya sembari menunjuk kursi panjang di balik etalase.


Memang benar kata orang bahwa usaha tidak akan mengkhianati hasil. Kini, kerja keras serta pengorbanan Komang dan ibunya terbayarkan dengan sodoran kontrak profesional sebagai kiper di tim utama Bali United. Keduanya sama-sama tidak menyangka bahwa kesempatan besar itu datang menghampiri.

“Saya sangat bangga dan nggak bisa ngungkapin rasanya. Awalnya kita berdua sama-sama nggak menyangka, mungkin ini sudah jadi takdir dari Tuhan untuk Komang. Takdir tidak ada yang tahu,” ujar Bu Nengah sumringah. 

Suaranya mulai melembut dan tatapannya mulai serius di kala menyampaikan pesan untuk anak lelakinya. Sebuah pesan dan harapan pun ia utarakan untuk Komang dalam menjalani langkah awalnya sebagai pesepak bola profesional.

“Komang harus berlatih dengan giat, taat perintah pelatih dan seniornya. Dia harus jadi lebih baik dari sekarang. Ini masih awal. Pokoknya jangan sombong dan tetap apa adanya. Komang harus ingat kalau kita ini orang nggak berada,” tutup Bu Nengah sembari tersenyum.

Tidak ada mimpi yang terlalu besar untuk digapai. Tetaplah berusaha di tengah segala keterbatasan. Sebab Tuhan akan menjawab semua doa dan usahamu indah pada waktunya.

Dapatkan update berita pilihan terkini di nusantaratv.com. Download aplikasi nusantaratv.com untuk akses berita lebih mudah dan cepat melalui:



0

(['model' => $post])