Al Capone Gila di Akhir Hayatnya, Setelah Dihantui Arwah Korban Kejahatannya

Nusantaratv.com - 03 Desember 2021

Koran The Chicago Daily News
Koran The Chicago Daily News

Penulis: Supriyanto

Nusantaratv.com - Al Capone, seorang gangster era 1920-an yang terkenal akan jaringan bisnis haramnya yang menggurita. Jaringan bisnisnya meliputi minuman keras, perjudian, penyelundupan, hingga bisnis pelacuran di Chicago pada 1920-1931.

Capone lahir di Brooklyn, New York, dari pasangan imigran Italia. Ia termasuk dalam anggota geng bernama Five Points. Pada awal usia 20an, Capone muda pindah ke Chicago dan memulai kehidupan kriminalnya. 

Sayang di akhir hayatnya, kepala gangster legendaris yang sangat ditakuti ini dihabiskan di sebuah rumah sakit jiwa. Al Capone diduga menderita sakit mental di penghujung usianya akibat dihantui oleh orang yang telah dibunuhnya.

Baca Juga: Artis-Artis Indonesia Ini Miliki Nama yang Mirip

Dikutip dari merinding.com, berikut sekilas perjalanan hidup Al Capone, seorang gangster kelas kakap yang sepak terjangnya pernah difilmkan di layar lebar dengan judul “The Untouchables” pada tahun 1987.

Al Capone

Di awal kariernya Al Capone bekerja sebagai body guard, tukang pukul dan orang kepercayaan seorang pria bernama Johnny Torrio. Seorang pemimpin sindikat kriminal penyuplai alkohol. Hebatnya, Torrio dilindungi hukum melalui Unione Siciliana.

Beberapa tahun kemudian Capone berubah menjadi gangster yang ditakuti. Anehnya, meskipun menjalankan bisnis haram dan melanggar hukum, namun ia menjadi salah satu tokoh masyarakat yang disegani. Uang dalam jumlah sangat besar yang didapatnya dari bisnis haramnya itu disalurkannya ke badan-badan amal. Reputasi Capone kian memuncak di masyarakat.

Saat berusia 26 tahun, Capone telah menjadi bos besar di dunia hitam Chicago. Mendapatkan perlindungan hukum, membuatnya tak segan-segan melakukan penyuapan dan intimidasi untuk mempengaruhi suatu pemilihan pemimpin atau kepala pemerintahan. Ia bahkan sampai melakukan tindak kekerasan dan pembunuhan untuk memastikan bisnis haramnya tetap lancar.

Untuk mengawal bisnisnya, Al Capone mempekerjaan ratusan tukang pukul dan penembak jitu yang siap menghabisi siapa pun yang dirasa menghalangi atau mengganggu niatnya. Al Capone nyaris tak tersentuh hukum pada saat itu.

Baca Juga: Bukan Kembar, 7 Orang ini Miliki Wajah Mirip Artis

Namun segalanya berubah ketika insiden pembantaian pada 14 Februari 1929 yang dikenal dengan Valentine’s Massacre terjadi. Setelah insiden itu terjadi, publik beramai-ramai menuntut pemerintah untuk mengambil tindakan tegas pada Capone.


Pembantaian Masal di Hari Valentine 1929

Pada awal tahun 1929, Al Capone melalui jaringan bisnisnya yang menggurita menguasai perdagangan minuman keras ilegal di Chicago. Di lain pihak, kelompok Al Capone rupanya memiliki musuh dan saingan bernama North Side Gang. Di dalam kelompok tersebut ada seorang pria bernama “Bugs” Moran yang merupakan musuh bebuyutan Capone. Capone menganggapnya sebagai ancaman besar yang harus segera dibereskan.

Pagi hari tanggal 14 Februari 1929, orang-orang Capone yang menyamar dengan berpakaian polisi melakukan serangan pada kelompok North Side Gang. Polisi-polisi palsu tersebut menembaki anggota geng dengan senapan mesin tanpa ampun. Akibatnya sebanyak 7 orang tewas. 

Sementara itu Bugs Moran yang mengetahui bahaya besar mengancam dirinya, berhasil melarikan diri dari insiden pembantaian berdarah itu. Foto-foto korban pembantaian Capone beredar di media masa dan seketika membuat kemarahan publik. 


Foto para korban Valentine Day’s Massacre 1929

Terang saja, pada halaman-halaman depan surat kabar terpajang foto para korban yang terkapar dengan darah mengalir dari kepala. Kebanyakan tampaknya ditembak di bagian kepala. Reputasi Al Capone rusak dalam sekejap. Publik menuntut agar hukum memprosesnya dengan hukuman berat.

Baca Juga: Demi Pernikahan Hantu, Influencer Cantik Ini Bunuh Diri Disiarkan Langsung di Media Sosial

Pada Mei 1929, saat perjalanannya ke Philadelphia, Capone ditangkap. Ia lalu ditahan di Eastern State Penitentiary, Philadelphia dan menghabiskan 9 bulan di sana.

Kehidupan penjara Capone selama di penjara rupanya tak seperti tahanan pada umumnya. Jika biasanya tahanan ditempatkan di jeruji besi dengan fasilitas seadanya bahkan sangat buruk, namun itu tidak berlaku bagi sang bos gangster. Capone menempati sel yang dilengkapi dengan furnitur mewah di dalamnya, lukisan minyak, hingga radio. Namun rupanya sel mewahnya itu tak membuatnya nyaman.


Teror Hantu “Jimmy”

Nyaris setiap malam Capone berteriak histeris dan menangis tak karuan. Ia menjerit-jerit ketakutan sambil meneriakkan nama “Jimmy” dan memintanya enyah dari hadapannya. 

Banyak yang percaya Jimmy yang disebut-sebut Capone tak lain adalah korban Capone yang dibunuhnya pada pembantaian hari Valentine 1929. Ia diduga adalah James “Jimmy” Clark. Nama aslinya Albert Kachelleck. Jimmy tak lain adalah kakak ipar Bugs Moran musuh Capone.

Suasana di dalam sel penjara Al Capone di Eastern State Penitentiary Philadelphia

Siksaan yang tak terlihat itu nyata dirasakan oleh Capone. Namun siksaan itu terus berlanjut bahkan setelah Capone pindah dari penjara tersebut. Setelah 9 bulan berada di Eastern State Penitentiary Philadelphia, Capone dipindahkan ke Atlanta US Penitentiary, setelah itu ia juga sempat merasakan penjara Alcatraz.

Pada tahun 1931, Al Capone bahkan diketahui menghubungi seorang cenayang bernama Alice Britt. Ia meminta bantuan pada wanita itu untuk mencari tahu mengapa “Jimmy” terus saja mengganggunya dan apa yang sebenarnya diinginkannya. Tapi tampaknya usaha sang cenayang gagal karena Capone tetap saja mendapatkan teror dari hantu tersebut.

Baca Juga: Dikira Model Plastik, Lengan Pria Ini Jadi Santapan Buaya Ganas

Kesehatan Capone kian hari kian memburuk. Setelah menjalani hukuman beberapa tahun di sana, Capone dibawa ke rumah sakit jiwa di Baltimore. Sebenarnya pada awal karirnya di Chicago, Capone yang bekerja sebagai tukang pukul akrab dengan para pelacur di rumah pelacuran hingga dirinya terjangkit penyakit sifilis. Ia sendiri tak pernah menjalani pengobatan serius untuk menyembuhkan penyakit tersebut, hingga penyakit itu bertambah parah.

Pada 1946, kesehatan Capone bertambah parah. Pemeriksaan yang dilakukan dokter dan psikiater bahkan menyimpulkan bahwa kapasitas mental Capone saat itu setara dengan anak usia 12 tahun. Pada 25 Januari 1947 Capone meninggal dunia. Ia dimakamkan di Mount Carmel Cemetery di Hillside, Illinois.
 

Dapatkan update berita pilihan terkini di nusantaratv.com. Download aplikasi nusantaratv.com untuk akses berita lebih mudah dan cepat melalui:



0

(['model' => $post])